Artikel kali ini ane mau sedikit ngebahas soal adegan hubungan intim dalam sebuah film.
Di Beberapa film adegan yang memperlihatkan hubungan intim memang banyak banget dan udah gak kehitung lagi jumlahnya. Apalagi di film film barat (Hollywood). Gak kecuali di Indonesia juga banyak......
Nah, yang jadi pertanyaan ane dan mungkin juga pertanyaan banyak orang adalah : Itu adegan beneran apa nggak? Apakah hubungan intim (intercourse) itu real benar benar dilakukan di depan kamera? Atau hanya tipuan aja?



Adegan hubungan intim dalam film kerap menarik perhatian para penonton dewasa dengan kadar yang berbeda-beda.
Hollywood, sebagai salah satu industri perfilman besar di dunia, tetap memproduksi film-film yang memuat adegan intim sebagai elemen cerita.
Tidak jarang, aktor-aktris yang melakoni adegan intim tersebut seakan melakukan hubungan intim secara nyata.
Namun, pada kenyataannya, untuk mengambil gambar adegan intim dalam sebuah film diperlukan persiapan yang tidak sederhana.



Perlu dicatat bahwa sebuah produksi film tidak benar-benar mewajibkan aktor-aktrisnya untuk berakting lakukan hubungan intim di depan kamera.
Oleh karenanya, produser membayar seorang stage direction untuk mengarahkan para aktor-aktris ketika proses shooting.
Dengan begitu, aktor dan aktris film tersebut tidak akan kebingungan saat beradegan hubungan intim. Namun, cara semacam ini bisa berbeda antara sutradara satu dengan sutradara lainnya.



Judd Apatow, yang baru-baru ini menyutradarai film Trainwreck sebagai contohnya, merasa perlu membawa foto-foto posisi adegan intim demi memperhalus adegan antara Amy Schumer dan lawan mainnya.
"Saya membawa foto mengenai kemungkinan posisi yang bisa dilakukan saat berhubungan intim, tetapi saat di set syuting, semua berubah.
Saya hanya menempatkan beberapa kamera agar adegan tersebut bisa terlihat bagus," ungkap Apatow, seperti dikutip The New York Times.
Lain lagi dengan sutradara Jean Marc Valle (Dallas Buyer's Club).
Ia mengaku tak memakai koreografi khusus saat membuat adegan hubungan intim.
Akan tetapi, ia berfokus dalam membangun suasana set syuting agar para aktor-aktris nyaman melakukan adegan tersebut.
“Saya memberlakukan set tertutup dengan akses hanya beberapa orang saja, di dalam set hanya ada pencahayaan dan kamera yang dapat bergerak 360 derajat,” ungkap Jean-Marc Valle.

Cara yang lebih ekstrem dilakukan sutradara asal Denmark Lars von Trier yang dikenal melalui film-filmnya yang kontroversial.
Ia pernah meminta para aktor dan aktris dalam filmnya untuk benar-benar berhubungan intim di depan kamera. Dalam film Nymphomaniac Vol.1 ada adegan hubungan intim yang melibatkan aktor Shia Labeouf. Dan yang terekam di kamera, sesuai dengan permintaan sutradara, adalah adegan intim antara aktor dan aktrisnya.
Hanya saja dalam film tersebut, bukan Shia yang benar-benar melakukannya, tapi aktor penggantinya.
"Kami melakukan syuting di mana sang aktor pura-pura berhubungan intim, kemudian syuting dengan pemeran pengganti dan hubungan intim benar-benar dilakukan. Dua adegan tersebut kemudian akan diproses secara digital.” jelas Christine Vesth, produser Nymphomaniac Vol.1. “Bagian tubuh atas akan menampilkan Shia, dan bagian tubuh bawah akan menampilkan aktor penggantinya."

MENGGUNAKAN PROPERTI KHUSUS

Selain menggunakan teknik khusus, adegan hubungan intim juga menggunakan alat-alat khusus untuk membuatnya terlihat nyata. Salah satu contohnya adalah penggunaan rambut palsu atau wig yang disebut Merkin untuk menutup bagian pribadi para aktris.
Dengan begitu, para aktris tidak perlu khawatir bagian pribadi tubuh mereka akan terekspos kamera.
Ada juga Modesty Pouches, yang sering digunakan aktor-aktor Hollywood untuk menyembunyikan kemaluan mereka saat melakukan adegan telanjang.
Lain lagi dengan pasties, sebuah penutup kecil yang berguna untuk menutupi puting sang aktris saat harus akting tanpa busana.
Kini, dengan teknologi yang ada, alat vital manusia bisa diduplikasi menjadi sebuah properti yang mirip dengan aslinya.
 Oleh karena itu, tim produksi film tidak perlu lagi bingung ketika harus melakukan shooting adegan hubungan intim, dan alat kelamin buatan pun menjadi pilihan.
“Kami memakai alat vital buatan, yang diposisikan di daerah alat vital asli kami. Rasanya aneh memakai alat vital palsu yang menempel kepunyaan kami,” cerita Lea Seydoux mengenai pengalamannya melakukan adegan hubungan intim dalam film Blue is the Warmest Color.

PERAN CGI


Film-film sekarang tak bisa dipisahkan dari peran serta teknologi digital, dalam hal ini Computer-generated Imagery (CGI). Teknologi tersebut menjadi salah satu andalan dalam proses pascaproduksi sebuah film, sama halnya ketika tim produksi harus memproses adegan hubungan intim.
Contoh terbaru untuk hal ini adalah adegan hubungan intim dalam film Fifty Shades of Grey. Sang sinematografer, Seamus McGarvey, mengungkapkan bahwa beberapa adegan hubungan intim dipoles secara digital, termasuk rambut kemaluan milik karakter Anastasia Steele yang diperankan oleh Dakota Johnson.
Contoh lainnya film Irreversible (Gaspar Noe, 2002) yang dibintangi oleh Monica Belluci. Sang aktris harus berakting dalam sebuah adegan pemerkosaan. Sutradara Gaspar Noe lalu mengungkapkan bahwa baju yang dikenakan Belluci tetap dalam kondisi tertutup dalam proses pengambilan gambarnya. Dari situ, CGI ambil alih tugas. Tim efek visual membuat ritsleting baju Belluci seperti terbuka, dan bahkan mereka berhasil menampilkan alat kelamin sang pemerkosa.

Dalam perfilman Hollywood, semua adegan hubungan intim dan atau adegan tanpa busana harus dilakukan dengan kontrak khusus. Sang agen bertugas memastikan apa yang boleh atau tak boleh tampak di dalam kamera, dan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh sang aktor-aktris.

    Banyak film film menarik mengenai peperangan yang menghiasi dunia per film-an dunia.
Namun disini ane mau menjelaskan kenapa Film-Film World War 2 lebih menarik daripada Film Perang Modern.
 Apa aja alasan alasan nya, nih saya kasih beberapa paparan nya, menurut pemikiran saya.

Langsung ke TKP :


1. Alur Ceritanya Jelas


Tidak ada propaganda yang membuat penonton bingung akan kebenaran dari suatu peristiwa yang menyebabkan suatu perang.
   Semua jelas, Nazi adalah suatu kelompok militer Jerman yang menjadi musuh dari negara negara lain karna ambisi mereka yang besar dan Hittler menjadi target nomor satu bagi negara negara musuh Nazi. Tidak seperti film perang modern masa kini yang bahkan ane gatau mereka perang buat apa, siapa targetnya, dan apa inti permasalahan nya.
   Jujur walaupun ane menikmati, tapi ane bingung karna pegetahuan ane masih kurang tentang perang masa kini karna terlalu banyak propaganda media.



2. Suasana Yang Benar - Benar Mencekam


Efek pencahayaan, lokasi jaman dahulu, dan terbatasnya persenjataan yang di miliki menjadi nilai tambah yang membuat suasana menjadi sangat mencekam.
   Lokasi seperti reruntuhan gedung, tidak adanya dekektor musuh, dan persenjataan yang terbatas membuat perang lebih terasa dan ending nya pun tidak selalu si pemeran utama yang menang dalam suatu film.
   Tidak seperti film perang modern masa kini yang lokasinya tidak jauh dari timur tengah, ke canggihan senjata yang tidak seimbang dan sangat mudah di tebak ending film nya.
   Memang, Jerman lebih jauh di depan untuk kecanggihan senjata dari negara2 lain di WW2 tapi tidak terlalu jauh perbandingan nya.



3. Holocaust


Praktek yang di lakukan oleh tentara nazi ini juga menjadi satu yang sangat menarik perhatian.
Kejadian yang tidak akan di lupakan oleh bangsa yahudi ini juga sangat kejam, tida kenal ampun, dan sangat mengerikan.
   Kekuatan emosional sangat terasa jika scene ini sedang berlangsung dimana akan ada kesedihan, amarah dan kekejaman bercampur jadi satu.
Tidak akan pernah ada film perang modern yang memiliki kekuatan emosional seperti kejadian holocaust.



4. Tentara yang Tidak Terlatih


Pada perang dunia ke dua, para tentara nya kebanyakan tidak memiliki persiapan khusus karna kebutuhan prajurit yang sangat mendesak dari negara yang melakukan perang.
   Banyak pendaftaran militer yang langsung terjun ke medan perang di film film perang dunia.
Bahkan di film FURY, jerman memaksa anak anak kecil untuk ikut berperang dan menggantung yang menolak. Dari itu pula ane merasakan kengerian film perang dunia ke-2 daripada film perang modern.



5. Faktor Emosional


Perang yang berlangsung lama dan kejam membuat para prajurit stress dan sangat emosional.
  Hal ini terlihat ketika film perang dunia ke-2 selalu memperlihatkan kesedihan,dan kemarahan para prajurit di setiap film film yang meraka buat.



6. Ending yang Selalu Epic


Tidak dipungkiri bahwa film film perang dunia ke dua memiliki ending ending yang epic walupun pemeran utama mati dan perang tidak selesai.
   Ini yang selalu menjadi nilai tambah yang membuat ane selalu menyukai film film ber temakan perang dunia ke 2.



7. Seragam Prajurit


Entah kenapa seragam prajurit prajurit di film perang dunia ke 2 selalu membuat ane selalu tertarik.
Berbeda dengan perang modern yang gitu gitu aja seragam dari prajuritnya.

Segitu aja menurutku hal hal yang membuat film film perang dunia ke 2 lebih menarik darpada film perang modern. Namun, selera kembali ke kalian, namun saya lebih memilih menonton perang dunia ke 2 daripada film perang modern.